Sabtu, 03 Maret 2012


MAHABBAH(CINTA)


Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.

Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.

Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka

Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.

Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.
Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.

Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.

Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !

Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka

Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.

Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.

Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.

Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.




Salah satu sentral maqamat tasauf adalah cinta atau mahabbah, dan tokoh sufi yang biasa menjadi acuan maqamat cinta ini adalah Rabi'ah al- 'Adawiyah. Ketika Rabi'ah ditanya apakah ia membenci setan, ia menjawab bahwa cintanya kepada Tuhan tidak memberi tempat di dalam hatinya untuk membenci kepada siapa pun. Dalam konsep tasauf, tingkat cinta Rabi'ah al- 'Adawiyah itu merupakan cinta yang tertinggi kualitasnya.

Dalam kitab Ihya 'Ulum al-Din, Imam Ghazali menjelaskan bahwa kualitas cinta terbagi menjadi empat tingkatan. Pertama, cinta diri (al-muhibb linafsih), yakni orang yang hanya mencintai dirinya saja. Segala macam kebaikan, kesetiaan, pengorbanan, dan kesungguhan orang lain diukur dengan apakah berhubungan dengan kesenangan dirinya atau tidak. Cinta model ini, Imam Ghazali menyebutnya sebagai yang terendah kualitasnya.

Kedua, adalah cinta kepada orang baik sepanjang kebaikan orang lain itu membawa kebaikan bagi dirinya (al-muhsin alladzi ahsana ilaihi). Ia siap membayar cinta dengan cinta, kehangatan dengan kehangatan, pemberian dengan pemberian. Sebaliknya, jika orang itu menjadi dingin ia pun membalasnya dengan dingin, bahkan ia pun siap dengan kebencian manakala orang itu membencinya.

Kualitas cinta seperti ini tak ubahnya seperti cinta pedagang, artinya ia siap memberi sebanding dengan apa yang ia terima, pedagang pekerjaannya mencari keuntungan, dan kalau ia mau bersusah payah adalah karena ia membayangkan keuntungan yang bakal diterimanya. Psikologi cinta pedagang, menurut Ghazali, adalah terletak pada kepuasannya menerima, bukan pada memberi.

Ketiga, adalah cinta kepada orang baik meskipun ia tidak memperoleh apa pun dari orang baik itu. Kualitas cinta seperti ini seperti cinta seseorang kepada Nabi SAW atau kepada ulama terdahulu. Meski tak pernah berjumpa dengan mereka, ia mencintainya, ingin meniru kebaikannya, mau berkorban demi ide-idenya. Bahkan ketika mempunyai anak, ia memberi nama dengan namanya. Psikologi cinta orang seperti ini, Ghazali menjelaskan, terletak pada kepuasan memberi, bukan kepuasan menerima.

Keempat, adalah cinta kepada kebaikan an sich, tanpa embel-embel (al ihsan mahdlah). Bagi orang yang memiliki kualitas cinta seperti ini, kebaikan, ketulusan, kesungguhan, pengorbanan adalah suatu nilai yang bisa berpindah-pindah. Orang memang terkadang baik, tulus, dedikatif, tetapi suatu saat bisa berubah sebaliknya.

Karena itu, orang yang memiliki cinta kualitas tertinggi ini tidak melihat orang, tetapi sifatnya. Sebagai misal, penjahat yang kemudian bertaubat lebih ia cintai dibanding ulama yang kemudian murtad. Ketulusan orang kecil, lebih ia cintai dibanding kefasikan pembesar. Cinta dalam kualitas seperti inilah yang dapat mengantar orang pada cinta kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang Mahabaik, Tuhan adalah kebaikan itu sendiri. Semoga kita dapat mencapai cinta yang berkualitas tinggi ini. - ahi


Al-Mahabbah atau Cinta.
Berikut ini pendapat yang dikemukakan di kalangan ahli bahasa sehubungan dengan definisi mahabbah atau cinta :
1. Cinta adalah kecenderungan permanen yang dialami oleh kalbu orang yang dimabuk asmara.
2. Cinta adalah sikap memprioritaskan orang yang dikasihi lebih dari semua teman.
3. Cinta ialah menuruti kemauan yang dicintai, baik di hadapannya maupun di belakangnya.
4. Cinta adalah menuruti kehendak antara pihak yang mencintai dan pihak yang medicintai dalam hal selera.
5. Cinta ialah menyajikan pelayanan disertai menjaga kesucian.
6. Cinta ialah banyak berkorban untuk orang yang Anda cintai dan enggan merepotkan orang yang Anda cintai.
7. Cinta ialah bilamana kalbu seseorang selalu ingat kepada orang yang dicintai.
8. Cinta pada hakekatnya ialah bila Anda menyerahkan diri Anda secara total kepada orang yang Anda Cintai tanpa menyisakan barang sedikit pun bagi diri Anda.
9. Cinta ialah bilamana kalbu Anda tidak mengingat apa pun selain orang yang Anda cintai.
10. Cinta ialah kecemburuan yang muncul dalam kalbu bila kehormatan kekasih ada yang melecehkan dan cemburu bila hati kekasih diberikan kepada orang lain.




Kata cinta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat dalam. Namun dalam konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih.
Cinta adalah salah satu sumber kekuatan unik dalam diri manusia. Ia menjadi tenaga penggerak hati dan jiwa yang akan menghasilkan sikap, perbuatan dan perilaku. Cinta bisa seperti yang terurai dalam sebait sajak dari film laris indonesia, Ketika Cinta Bertasbih:
Cinta adalah kekuatan yg mampu
mengubah duri jadi mawar
mengubah cuka jadi anggur
mengubah sedih jadi riang
mengubah amarah jadi ramah
mengubah musibah jadi muhibah.
Namun demikian, cinta pun bisa menghasilkan perubahan yang sebaliknya: mengubah mawar menjadi duri, dan seterusnya.
Hal yang demikian bisa terjadi karena cinta bersemayam di dalam hati yang bersifat labil. Seperti sabda Rasulullah saw. hati itu bersifat gampang terbolak-balik bagaikan bulu yang terombang-ambing oleh angin yang berputar-putar. Sebagaimana amal-amal dan perilaku kita yang senantiasa bersumber dari niat dan motivasi di dalam hati, maka cinta pun bisa mewujud dengan dasar niat yang beraneka rupa. Ada cinta yang tulus, penuh kerelaan. Namun ada pula cinta yang penuh duri dan racun. Ada cinta yang merupakan buah keimanan dan ketaqwaan. Namun ada pula cinta yang berlandaskan nafsu hina.
Bagi seorang muslim dan beriman, cnta terbesar dan cinta hakiki ialah cinta kepada Allah. Bentuk cinta dapat kita wujudkan dalam berbagai rupa tanpa batas ruang dan waktu dan kepada siapa atau apa saja asalkan semuanya bersumber dari kecintaan kita kepada Allah dan karena menggapai ridha-Nya.
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)

Kata-kata mutiara tentang cinta

Agar cinta tidak menjerumuskan kita ke dalam lubang kehinaan, ada baiknya kita mengambil hikmah dari sumber-sumber islam dan perkataan para ulama berikut ini.
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus, tumbuhlah oleh karena embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.
Hamka
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.
Hamka
Tanda cinta kepada Allah adalah banyak mengingat (menyebut) Nya, karena tidaklah engkau menyukai sesuatu kecuali engkau akan banyak mengingatnya.
Ar Rabi’ bin Anas (Jami’ al ulum wal Hikam, Ibnu Rajab)
Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar (cinta) dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya.
Salman al Farisi (Az Zuhd, Imam Ahmad)
Sesungguhnya apabila badan sakit maka makan dan minum sulit untuk tertelan, istirahat dan tidur juga tidak nyaman. Demikian pula hati apabila telah terbelenggu dengan cinta dunia maka nasehat susah untuk memasukinya.
Malik bin Dinar (Hilyatul Auliyaa’)
Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.
Ali bin Abi Thalib
Engkau berbuat durhaka kepada Allah, padahal engkau mengaku cinta kepada-Nya? Sungguh aneh keadaan seperti ini. Andai kecintaanmu itu tulus, tentu engkau akan taat kepada-Nya. Karena sesungguhnya, orang yang mencintai itu tentu selalu taat kepada yang ia cintai.
A’idh Al-Qorni




MAHABBAH PADA ALLAT SWT
Ketika manusia telah menjadikan Allah swt sebagai Tuhannya, maka salah satu yang harus ditunjukkannya adalah mencintai-Nya melebihi kecintaan kepada apapun dan siapapun juga. Karena itu, kecintaan yang sama antara cinta kepada Allah dengan selain Allah tidak bisa dibenarkan dalam pandangan iman, Allah swt berfirman:
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS 2:165).
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiaannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah, Rasul-Nya dan (dari) berjijhad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS 9:24).
Ada banyak tanda yang harus kita tunjukkan sebagai bukti bahwa kita cinta kepada Allah swt.
1. BANYAK BERDZIKIR.
Secara harfiyah, dzikir artinya mengingat, menyebut, menuturkan, menjaga, mengerti dan perbuatan baik. orang yang berdzikir kepada Allah Swt berarti orang yang ingat kepada Allah Swt yang membuatnya tidak akan menyimpang dari ketentuan-ketentuan-Nya. Ini berarti dzikir itu bukan sekedar menyebut nama Allah, tapi juga menghadirkannya ke dalam jiwa sehingga selalu bersama-Nya yang membuat kita menjadi terikat kepada ketentuan-ketentuan-Nya.
Bagi seorang muslim, berdzikir merupakan hal yang amat penting, karenanya satu-satunya perintah Allah Swt yang menggunakan kata katsira (banyak) adalah perintah dzikir kepada-Nya sebagaimana firman Allah Swt: Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya (QS 33:41).
Untuk menggambarkan betapa penting dzikir bagi seorang muslim, Rasulullah Saw sampai mengumpamakannya antara orang yang hidup dengan orang yang mati, ini berarti dzikir itu akan menghidupkan jiwa seorang muslim, Rasulullah Saw bersabda:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَيَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati (HR. Bukhari).
2. MENGAGUMI.
Orang yang cinta kepada Allah swt akan kagum terhadap kebesaran dan kekuasaan-Nya, karenanya ia akan selalu memuji-Nya dalam berbagai kersempatan sebagaimana yang tercermin pada firman Allah swt: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (QS 1:2)
Kekagumannya kepada Allah swt tidak akan membuat kekagumannya kepada selain-Nya melebihi kekagumannya kepada Allah swt meskipun mereka mencapai kelebihan dan kekuasaan yang besar karena semua itu memang tidak akan bisa menccapai kebesaran dan kekuasaan Allah, bahkan semua itu sangat kecil dimata Allah swt.

3. RIDHA
Orang yang cinta berarti ridha dengan yang dicintainya, karena itu bila seseorang cinta kepada Allah swt, maka iapun ridha kepada segala ketentuan-ketentuan-Nya sehingga bila ia diatur dengan ketentuan Allah swt, maka ia tidak akan mencari aturan lain, karena hal itu hanya membuat ia menjadi tidak pantas menjadi seorang mukmin sebagaimana firman-Nya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata (QS 33:36).
4. BERKORBAN
Tiada cinta tanpa pengorbanan, begitu pula halnya dengan cinta kepada Allah swt yang harus ditunjukkan dengan pengorbanan di jalan-Nya. Dalam hal apapun, manusia harus berkorban dengan segala yang dimilikinya. Orang yang bercinta pasti dituntut berkorban dengan apa yang dimilikinya. Orang yang memiliki hobi atau kegemaran harus berkorban untuk bisa menyalurkan apa yang menjadi kegemarannya itu. Orang yang berjuang di jalan yang bathilpun berkorban dengan harta bahkan jiwanya. Abu Jahal, Abu Lahab dan tokoh-tokoh kafir lainnya berkorban dengan harta dan jiwa mereka. Orang-orang munafik untuk maksud kemunafikannya juga berkorban dengan apa yang mereka miliki, meskipun pengorbanan mereka hanya akan menimbulkan penyesalan bagi mereka, Allah Swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkah harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka jahannamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan (QS 8:36).
Bila mereka yang berjuang di jalan yang bathil saja mau berkorban, apalagi dalam perjuangan di jalan yang haq. Karena itu sifat pejuang sejati adalah mau berkorban dengan harta dan jiwanya, dan cinta kepada Allah swt berarti harus berkorban di jalan-Nya, ini merupakan kunci untuk mendapatkan surga-Nya, Allah Swt berfirman: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (QS 9:111).
5. TAKUT
Salah satu sikap yang harus kita miliki sebagai tanda cinta kepada Allah swt adalah rasa takut kepada-Nya. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut kepada Allah Swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah Swt harus kita jauhi. Sedangkan Allah Swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah). Ada banyak ayat yang membicarakan tentang takut kepada Allah dan perintah Allah kepada kita untuk memiliki sifat tersebut, satu diantara ayat itu adalah firman Allah Swt: Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada seseorangpun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan (QS. 33:39).
Adanya rasa takut kepada Allah Swt, membuat kita tidak berani melanggar segala ketentuan-Nya. Yang diperintah kita kerjakan dan yang dilarang kita tinggalkan. Sementara kalau seseorang telah melakukan kesalahan dan ada jenis hukuman dalam kesalahan itu, maka orang yang takut kepada Allah tidak perlu ditangkap dan diperiksa, tapi dia akan membeberkan sendiri kesalahannya itu lalu minta dihukum di dunia ini, sebab dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada di akhirat nanti yang lebih dahsyat. Takut kepada Allah memang membuat seseorang akan memperbanyak amal sholeh dalam hidup di dunia ini, Allah Swt berfirman: Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang-orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberikan makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (dihari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan (QS. 76:8-10).
6. RAJA’ (BERHARAP)
Cinta kepada Allah swt juga membuat seseorang selalu berharap kepada-Nya, yakni berharap mendapatkan rahmat, cinta, ridha dan perjumpaan dengan-Nya yang membuat ia akan selalu meneladani Rasulullah saw dalam kehidupannya di dunia ini, Allah swt berfirman: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS 33:21).
7. TAAT.
Ketaatan kepada Allah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak, karenanya manusia tidak bisa mencapai kemuliaan tanpa ketaatan, untuk itu jangan sampai manusia mendahului ketentuan Allah Swt atau mengabaikan-Nya, Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 49:1).
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu dengan sebab para sahabat ingin menjaga citra kemuliaanya, maka mereka contohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah Swt, di dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman: Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Manakala seorang muslim telah mencintai Allah swt, maka ia akan memperoleh kecintaan dari-Nya, ini akan membuatnya bisa menjalani kehidupan dengan baik.






Cinta, suatu perasan yang sukar digambarkan melalui kata-kata. Ia hanya dapat dinikmati secara mengalaminya sendiri. Cinta tidak dapat dipelajari tetapi dialami. Uniknya cinta kerana ia jelmaan kasih sayang yang teragung.
Sekiranya cinta sudah tiada di hati anda, tandanya salah satu nikmat Allah telah tercabut daripada diri, sedangkan cinta adalah nikmat teragung Allah terhadap hambaNya. Jika sudah tidak dapat menghargai cinta tandanya nilai kemanusiaan anda sudah mula terhakis. Ketiadaan cinta di hati anda bakal merubah seluruh kehidupan.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulallah s.a.w bersabda ” sesungguhnya Allah Taala berfirman pada hari kiamat kelak; mana orang-orang yang saling mencintai kerana keagungan ku ? hari ini ku naungi mereka , dimana tidak ada naugan yang lain selain naungan ku.
Cintailah dirimu terlebih dahulu, mengkaji hakikat kejadianmu yang begitu simbolik, yang berasal dari setitik air yang tidak berharga lalu mengalami proses pembentukan yang direncanakan oleh Allah…
Semoga di sana mampu melahirkan rasa keagungan; kehebatan terhadapNya; timbul rasa cinta; kasih pada Penciptamu;
Mencintai Allah s.w.t dah Rasullullah s.a.w. melebihi cinta terhadap makhluk ianya cinta yang hakiki; abadi kerana hati yang pecah, retak apabila diberikan kepada makhluk pastinya akan bertambah retak; terburai tetapi apabila hatimu diserah kepada Allah sudah pasti ia akan bertaut kembali.
“Cintakan manusia itu tidak mewujudkan kebahagian yang abadi untuk seseorang insan, kerana ia tidak kekal, cintakan manusia seringkali membuat seseorang itu gagal, kecewa, menderita; tidak ada suatu cinta pun yang dapat membuahkan kebahagian; kenikmatan yang kekal abadi kecuali cinta kepada pencipta manusia itu sendiri,” kata-kata Rabiatul Adawiah.
Namun Cinta mampu menjadi motivasi terbaik bagi manusia, merupakan kebahagiaan. Dengan cinta gunung kelihatan rendah untuk didaki. Dengan bahagia lembah kelihatan cetek untuk dituruni. Bercintalah sehebat manapun, selagi tidak membuahkan kebodohan sebagaimana Laila terhadap Majnun, serta pasangan Romeo; Juliet. Cinta ibarat cahaya, bukan pencetus masalah dan pembawa derita. Tidak perlu berkorban kehormatan untuk cinta kerana cinta yang benar-benar suci dan semulajadi menjadikan pemiliknya bertambah matang, dewasa beriman malah berperibadi mulia.
Jika cinta dijelmakan dalam diri ia begitu memotivasi.
Jika diberikan kepada seseorang, ia ibarat menghadiahkan sebukit emas untukya.
Jika dijelmakan dalam rumah tangga, jawapanya adalah kerukunan; persefahaman yang berpanjangan..

Cinta Kepada Allah, Itulah yang Hakiki
Cinta bagaikan lautan, sungguh luas dan indah. Ketika kita tersentuh tepinya yang sejuk, ia mengundang untuk melangkah lebih jauh ke tengah, yang penuh rintangan, hempasan dan gelombang pada siapa sahaja yang ingin mengharunginya. Namun carilah cinta yang sejati, di lautan cinta berbiduk takwa berlayarkan iman yang dapat melawan gelombang syaitan dan hempasan nafsu, insyaAllah kita akan sampai kepada tujuannya iaitu: cinta kepada Allah, itulah yang hakiki, yang kekal selamanya. Adapun cinta kepada makhlukNya, pilihlah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan kepada Allah dan RasulNya. Bukan kerana pujuk rayu syaitan, bukan pula kerana desakan nafsu yang menggoda.
Cintailah Allah, berusahalah untuk menggapai cintaNya. Menurut Ibnu Qayyim, ada 10 perkara yang menyebabkan orang mencintai Allah SWT:
1. Membaca Al-Quran dan memahaminya dengan baik.
2. Mendekatkan diri kepada Allah dengan solat sunat sesudah solat wajib.
3. Selalu menyebut dan berzikir dalam segala keadaan dengan hati, lisan dan perbuatan.
4. Mengutamakan kehendak Allah di saat berbenturan dengan kehendak hawa nafsu.
5. Menanamkan dalam hati Asma’ul Husna dan sifat-sifatnya dan memahami maknanya.
6. Memperhatikan kurnia dan kebaikan Allah kepada kita.
7. Menundukkan hati dan diri ke pangkuan Allah.
8. Menyendiri bermunajat dan membaca kitab sucinya di waktu malam ketika orang sedang nyenyak tidur.
9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang soleh, mengambil hikmah dan ilmu dari mereka.
10. Menjauhkan sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.
Saling mencintailah kerana Allah agar dapat mendapatkan kecintaan Allah. Dalam hadith Qudsi Allah berfirman; “CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang saling mencintai keranaKu, CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang saling berkorban keranaKu, dan CintaKu harus Kuberikan kepada orang-orang yang menyambung hubungan keranaKu”.
Hiduplah di bawah naungan cinta dan saling mencintailah kerana keagunganNya, nescaya akan mendapatkan naungan Allah, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naunganNya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda; “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai kerana keagunganKu? Pada hari yang tiada naungan selain naunganKu ini, Aku menaungi mereka dengan naunganKu“. HR. Muslim
Bahkan Allah memuliakan mereka yang saling mencintai dan bersahabat kerana Allah, yang membuat para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka mereka. Nasa’i meriwayatkan dengan sanad dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda; “Di sekeliling Arasy, terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah cahaya pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka”.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahulah kami tentang mereka!”
Beliau bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi kerana Allah”.
“Ya Allah, kurniakanlah kepada kami Cinta terhadapMu dan Cinta kepada mereka yang mencintaiMu, dan apa sahaja yang mendekatkan kami kepada CintaMu, dan jadikanlah CintaMu itu lebih berharga bagi kami daripada air yang sejuk bagi orang yang dahaga”.
Akhirul qalam, bertanyalah pada diri kita sendiri:
Sudahkah aku menemukan cinta yang hakiki, cinta yang sejati dalam hidup ini?
Sejauh mana aku mengenalNya, asma’ (nama)Nya, sifat-sifatNya, kehendakNya, laranganNya?
Seringkah aku mengingatiNya, menyebut namaNya melalui zikir-zikir yang panjang?
Seringkah aku mendekatkan diri kepadaNya dengan sholat serta ibadah-ibadah lainnya?
Seringkah aku merintih, mengadu dan mengharap kepadaNya melalui untaian doa yang keluar dari lubuk hati.
Sudahkah aku mengikuti kehendakNya dan menjauhi larangan-laranganNya?
Apakah aku mencintai seseorang keranaNya atau kerana dorongan nafsuku sendiri?
Sejauh mana aku berusaha untuk mengekang hawa nafsuku sendiri?
Posted in articles, islamic resource, mahabbah | 2 Comments »

Pandangan Islam terhadap Cinta (Part II)

Thursday, June 28th, 2007
Hubungan Cinta dan Keimanan
Dalam Islam cinta dan keimanan adalah dua perkara yang tidak dapat dipisahkan. Cinta yang berlandaskan iman akan membawa seseorang kepada kemuliaan; sebaliknya cinta yang tidak berlandaskan iman akan menjatuhkan seseorang ke jurang kehinaan. Cinta dan keimanan laksana kedua belah sayap burung. Al Ustadz Imam Hasan Al Banna mengatakan bahawa “dengan dua sayap inilah Islam diterbangkan setinggi-tingginya ke langit kemuliaan”. Bagaimana tidak, jikalau iman tanpa cinta akan pincang, dan cinta tanpa iman akan jatuh ke jurang kehinaan. Selain itu iman tidak akan terasa lazat tanpa cinta dan sebaliknya cinta pun tidak lazat tanpa iman.
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW;“Barangsiapa ingin memperoleh kelazatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya kerana Allah SWT”. Riwayat Imam Ahmad, dari Abu Hurairah
Tidak hairanlah ketika Uqbah bin Al Harits telah bercerai dengan isteri yang sangat dicintainya Ummu Yahya, atas persetujuan Rasulullah SAW hanya kerana pengakuan seorang wanita tua bahawa ia telah menyusukan pasangan suami isteri itu di saat mereka masih bayi. Allah mengharamkan pernikahan saudara sesusuan. Demikian pula kecintaan Abdullah bin Abu Bakar kepada isterinya, yang terkenal kecantikannya, keluhuran budinya dan keagungan akhlaknya. Ketika ayahnya mengamati bahawa kecintaannya tersebut telah melalaikan Abdullah dalam berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menceraikan isterinya. Pemuda Abdullah memandang perintah tersebut dengan kacamata iman, sehingga dia rela menceraikan belahan jiwanya tersebut demi mempererat kembali cintanya kepada Allah. Subhanallah, pasangan tersebut telah bersatu kerana Allah, saling mencintai kerana Allah, bahkan telah bercinta kerana Allah, namun mereka juga rela berpisah kerana Allah. Cinta kepada Allah di atas segalanya.
Dari Anas ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda; “Ada tiga perkara dimana orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman, iaitu mencintai Allah dan rasulNya melebihi segala-galanya, mencintai seseorang hanya kerana Allah, dan enggan untuk menjadi kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau dilempar ke dalam api”. HR. Bukhari dan Muslim
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda; “Demi zat yang jiwaku ada dalam genggamanNya, kamu sekalian tidak akan masuk syurga sebelum beriman, dan kamu sekalian tidaklah beriman sebelum saling mencintai”. HR Muslim
Posted in articles, islamic resource, mahabbah | No Comments »

Pandangan Islam terhadap Cinta (Part I)

Thursday, June 28th, 2007
(Taken from an article I found online, but I can’t remember the url..)
Cinta dalam pandangan Islam adalah suatu perkara yang suci. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta tersebut diutarakan.
“Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahawa ia mencintainya.” HR Abu Daud dan At-Tirmidzi
“Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir.” Q.S Ar-Ruum : Ayat 21
Ayat di atas merupakan jaminan bahawa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu kerana Allah (setelah menikah). Jadi tak perlu menunggu “jatuh cinta dahulu” baru berani menikah, atau pacaran dahulu baru menikah sehingga yang menyatukan adalah si syaitan durjana (na’udzubillahi min zalik). Jadi Islam jelas memberikan batasan-batasan, sehingga nantinya tidak timbul fenomena kerosakan pergaulan dalam masyarakat.
Dalam Islam ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahulukan / diutamakan dan siapa / apa yang harus diakhirkan. Tidak boleh kita menyetarakan semuanya.
“(Walaupun demikian), ada juga di antara manusia yang mengambil selain dari Allah (untuk menjadi) sekutu-sekutu (Allah), mereka mencintainya, (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka mencintai Allah; sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah dan kalaulah orang-orang yang melakukan kezaliman (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat azab pada hari akhirat kelak, bahawa sesungguhnya kekuatan dan kekuasaan itu semuanya tertentu bagi Allah dan bahawa sesungguhnya Allah Maha berat azab seksaNya, (nescaya mereka tidak melakukan kezaliman itu).” Q.S Al-Baqarah : Ayat 165
Menurut Syaikh Ibnul Qayyim, seorang ulama di abad ke-7, ada enam peringkat cinta (maratibul – mahabah), iaitu:
1. Peringkat ke 1 dan yang paling tinggi/paling agung adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata-mata. “Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Rabbul ‘alamiin.”
“Sedang orang-orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada Allah”. Q.S Al-Baqarah:Ayat 165
2. Peringkat ke 2; ‘isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohinya, dan sebagainya, namun bukan untuk menghambakan diri kepadanya.
“Katakanlah (wahai Muhammad) : Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”. Q.S Aali Imran : Ayat 31
3. Peringkat ke 3; syauq iaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
4. Peringkat ke 4; shababah iaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiah.
5. Peringkat ke 5; ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, berdakwah, dan sebagainya.
6. Peringkat ke 6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, iaitu cinta/keinginan kepada selain dari manusia: harta benda. Namun keinginan ini sebatas intifa’ (pendayagunaan/pemanfaatan ).
Posted in articles, islamic resource, mahabbah | No Comments »

Mahabbah (Cinta)

Monday, June 25th, 2007
From: http://sitibaizurah.multiply.com/tag/tazkirah
Cinta memang mudah diucap tetapi payah untuk memahami makna mahabbah disebaliknya. Cinta adalah mahabbah. Mahabbah adalah sesuatu kecantikan yang amat tinggi nilainya.
Mahabbah itu sebenarnya adalah suatu kecantikan yang padu, hanya tertumpu untuk Allah s.w.t. Dalam tasawwuf, mahabbah bererti patuh kepada Allah s.w.t. dan membenci sikapyang melawan kepadanya.
Andainya perkataan cinta akan terucap dari rekahan bibir kita ketahuilah bahawa cintaatau mahabbah itu harus melalui 3 peringkat :
Pertama : Cinta Orang Biasa
Dia seorang yang selalu mengingati Allah s.w.t. dengan berzikir, suka menyebut Asmaul Husna dan memperoleh kesenangan dalam beribadah kepadaNya serta sentiasa berzikir memujiNya.
Kedua : Cinta Orang Jujur
Dia mengenalTUHAN-nya ; seperti kebesaranNYA, kekuasaanNYA dan ilmuNYA,lalu lahirlah rasacinta yang demikian hebat hingga seluruhperasaannya, menjadi rindu yang tidak tertanggung.
Ketiga : Cinta Orang Arif
Cintanya adalah kerana dia kenal benar dengan Allah s.w.t. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta tetapi diri yang dicintai. Sifat-sifat yang dicintainya masuk ke dalam diri yang mencintai hingga lahirlah dia sebagai seorang manusia yang begitu baik dalam segala segi.
Tentang cinta mencintai ini Allah s.w.t. berfirman dalam Al Quran maksudnya:
“..Allah s.w.t. akan mendatangkan suatu kaum yang Allah s.w.t. mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya.” Al-Maidah : 54
“..Jika kamu(benar-benar) mencintai Allah s.w.t, ikutilah aku, nescaya Allah s.w.t. mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu..” Ali-Imran : 31
Tentang cinta ini juga Rasulullah sawbersabda sebagaimana yang diriwayatkanoleh Bukhari dan Ahmad bin Hanbal : ”Hampir-KU sentiasa mendekatkandiri pada-KU dengan perbuatan-perbuatan hingga AKU cinta padanya. Orangyang-KU cintai menjadi telinga, mata dan tangan-KU.”
Cinta kepada ALLAH SWT(hubb al-ilahiyyah) adalah cetusan dari perasaan cinta dan rindu yang mendalamkepadaNYA. Rabiatul Adawiyah seorang wali berkata ; “Aku mengabdikan kepadaALLAH bukan kerana takut kepada Neraka…., bukan pula kerana ingin masukSyurga…tetapi aku mengabdikan kerana cintaku dan rinduku kepadaNYA dan“TUHAN-ku jika kupuja ENGKAU kerana takut pada Neraka, bakarlah aku didalamnya; dan jika kupuja ENGKAU kerana mengharapkan Syurga, jauhkanlah akudaripadanya; tetapi jika ENGKAUkupuja semata-mata kerana ENGKAU maka janganlah sembunyikankecantikanMU yang kekal itu dari diriku.”
Perasaan cinta yang telah meresap ke dalam lubuk hati Adawiyah menyebabkan diamengorbankan seluruhhidupnya semata-mata untuk beribadah kepada ALLAHSWT. Cinta Adawiyah kepadaNYA merupakan cinta suci, murni, dan sempurnaseperti yang disenandungkan dalam syairnya;
Aku mencintai-MU dengan dua cinta,
cinta kerana diriku dan cinta keranadiriMU.
Cinta kerana diriku sentiasa mengingati MU,
cinta kerana keadaanMU menyingkapkan tabir hingga ENGKAU ‘kulihat’.
Cinta kepada ALLAH SWT memenuhi jiwa Adawiyah, sehingga dia menolak setiap lamaran. Dia mensyaratkan sesiapa yang hendak mengahwininya harus meminta izin kepadaNYA. Ketika seseorang bertanya; “Apakah engkau benci pada syaitan ?” Dia menjawab :“Tidak, cintaku kepada TUHAN tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci pada syaitan,”
Ketika ditanya pula cintanya pada Nabi Muhammad saw. Adawiyah menjawab “Aku cinta Nabi saw tapi cintaku kepada KHALIK memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk.”
*Cintailah ALLAH melebihi segala-galanya kerana itulah cinta yang abadi…Mogaku perolehi cinta sedemikian walaupun rasa kerdil dan hinanya diriku disisi MU ya ALLAH..
Posted in articles, islamic resource, mahabbah | No Comments »

Loved

Tuesday, April 3rd, 2007
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Those who believe and whose hearts are set at rest by the remembrance of Allah; now surely by Allah’s remembrance are the hearts set at rest. (Ar Ra’d:28)
“(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan ‘zikrullah’. Ketahuilah dengan ‘zikrullah’ itu , tenang tenteramlah hati manusia”
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونََ
And this is a Book which We have revealed as a blessing: so follow it and be righteous, that you may receive mercy (Al-An’am :155)
“Dan ini sebuah Kitab (Al-Quran) yang Kami turunkan, yang ada berkatnya (banyak manfaatnya). Oleh itu, hendaklah kamu menurutnya dan bertakwalah (kepada Allah), mudah-mudahan kamu beroleh rahmat.”
َ—–
Anyway, I am one really fortunate individual. I am loved from all sides. I feel loved by everyone around me. Thank you, God, Alhamdulillah. All praises are due to Allah, for providing me with so much love. Insyaallah, tomorrow will be a great day as well.


1 komentar: